Tips Migrasi dari Monolith ke Microservices Keluaran

Di awal pengembangan, banyak aplikasi dimulai dengan arsitektur monolith: satu codebase besar yang mengatur semuanya mulai dari autentikasi, API, hingga database. Simpel, cepat dibangun, dan mudah dikelola saat skala masih kecil.

Tapi seiring waktu, monolith bisa jadi “monster” yang bikin tim kewalahan. Deployment butuh waktu lama, perubahan kecil bisa memicu bug besar, dan scaling jadi sulit. Untuk layanan real-time seperti keluaran, masalah ini bisa jadi bumerang. Nah, solusinya adalah beralih ke microservices.

Artikel ini akan membahas bagaimana melakukan migrasi monolith microservices keluaran, tantangan yang muncul, serta tips agar transisi berjalan mulus tanpa bikin sistem chaos.


Apa Itu Monolith dan Microservices?

Monolith

Arsitektur monolith berarti semua komponen aplikasi (UI, API, database, business logic) berada dalam satu codebase dan biasanya dijalankan dalam satu proses besar.

Kelebihan:

  • Mudah dibangun di awal.
  • Satu deployment untuk seluruh fitur.
  • Cocok untuk tim kecil.

Kekurangan:

  • Sulit scaling hanya pada bagian tertentu.
  • Deployment lambat karena semua harus dirilis bersamaan.
  • Risiko tinggi: bug kecil bisa merusak seluruh sistem.

Microservices

Arsitektur microservices memecah aplikasi jadi layanan-layanan kecil yang independen, masing-masing dengan tanggung jawab spesifik (misalnya, service autentikasi, service keluaran, service notifikasi).

Kelebihan:

  • Scaling lebih fleksibel per layanan.
  • Deployment independen, jadi lebih cepat.
  • Fault isolation: error di satu service tidak langsung melumpuhkan semuanya.

Kekurangan:

  • Kompleksitas lebih tinggi (network, orchestrasi).
  • Butuh skill DevOps lebih matang.
  • Monitoring dan debugging lebih rumit.

Kenapa Migrasi Monolith ke Microservices Dibutuhkan?

Untuk layanan keluaran real-time, ada beberapa alasan kuat kenapa migrasi ini penting:

  1. Kebutuhan Scaling Tinggi
    Layanan keluaran bisa punya traffic tinggi saat jam tertentu. Dengan microservices, Anda bisa scale hanya service API keluaran tanpa membebani service lain.
  2. Percepatan Deployment
    Dengan microservices, update di service notifikasi tidak perlu menunggu update di service keluaran. Tim bisa bekerja paralel.
  3. Reliabilitas
    Kalau service kecil gagal, tidak otomatis menjatuhkan seluruh sistem.
  4. Ekspansi Internasional
    Microservices memudahkan Anda men-deploy service ke berbagai region dengan konfigurasi berbeda.